CARA
PENANGGULANGAN LIMBAH
Cara menangani limbah industri bisa jadi merupakan masalah
krusial bagi industri menengah dan kecil, mengingat proses tersebut memerlukan
biaya operasional yang cukup tinggi. Itu sebabnya, tidak seperti industri besar
yang biasanya memiliki unit pengolahan limbah terpadu, pada industri menengah
kecil, limbah industri sering tidak dikelola secara maksimal.
Limbah-limbah
tersebut biasanya muncul sebagai akibat dari:
- Industri pelapisan menggunakan cairan asam basa yang mengandung sianida. Biasanya terdapat pada larutan pembilas, dan biasanya dibuang begitu saja.
- Proses pelarutan lemak pada industri kulit. Biasanya pelarut lemak dan pembilasnya mengandung silene, tertrakloro-etilena, metilen klorida, aseton, keton, dan sebagainya.
Pengolahan
Limbah Cair
Agar limbah cair tidak membahayakan lingkungan , sebelum dibuang, limbah tersebut harus diproses terlebih dahulu untuk menghilangkan logam, asam, alkali, sianida dan pelarut berbahaya. Diperlukan cara-cara yang berbeda untuk masing-masing komponen. Karena itu, aliran limbah harus dibedakan dalam proses produksi agar penanganannya lebih optimal.
Agar limbah cair tidak membahayakan lingkungan , sebelum dibuang, limbah tersebut harus diproses terlebih dahulu untuk menghilangkan logam, asam, alkali, sianida dan pelarut berbahaya. Diperlukan cara-cara yang berbeda untuk masing-masing komponen. Karena itu, aliran limbah harus dibedakan dalam proses produksi agar penanganannya lebih optimal.
Biasanya, dalam proses pengolahan
limbah, sianida dihancurkan dengan proses oksidasi, sedangkan asam basa
dihancurkan dengan menggunakan gas hipoklorit.
Kolam-kolam oksidasi sering digunakan di dalam industri besar untuk melakukan
penghancuran sianida secara alami, Sayangnya, kendati hasilnya lebih baik,
proses ini membutuhkan ketersediaan lahan dalam jumlah besar.
Krom harus direduksi dulu sebelum
diendapkan. Atau bisa juga melalui proses oksidasi langsung dan pengendapan
dengan natrium hidrosulfat atau
hidrazin.
Sedangkan logam diendapkan dengan menambahkan kapur atau kostik.
Tahap Pengolahan
Proses
pengolahan limbah cair pada prinsipnya melewati beberapa tahapan sebagai
berikut:
a.
Tahap Pengolahan Primer
Pada
tahap ini, sebagian besar pengolahan merupakan proses fisika. Limbah disaring,
disalurkan ke bak khusus untuk memisahkan partikel padat seperti pasir dan material
lainnya.
b.
Tahap Pengolahan Sekunder
Pada tahap ini mulai dilakukan proses
biologis dengan melibatkan mikroorganisme pengurai, biasanya berupa bakteri aerob. Proses tersebut
meliputi metode penyaringan, metoddde lumpur aktif, dan metode kolam ganggang.
Pada metode penyaringan, limbah cair
disemprotkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes. Bakteri aerob akan mendegradasi
kandungan organik dalam limbah selama proses perembesan. Setelah itu, limbah
yang telah terdegradasi tersebut disalurkan ke tangki pengendapan.
Dalam tangki pengendapan tersebut,
dilangsungkan proses pemisahan partikel padat tersuspensi dengan air limbah.
Partikel padat akan diolah lebih lanjut, sedangkan air limbah dibuang ke
lingkungan kecuali jika masih diperlukan proses pengolahan lanjutan.
Pada metode lumpur aktif, limbah cair
langsung disalurkan ke dalam tangki berisi lumpur yang telah diberi bakteri aerob dalam jumlah besar.
Limbah dibiarkan di dalam tangki selama beberapa jam dengan penambahan
gelembung udara (oksigen) untuk proses degradasi. Selanjutnya, limbah menjalani
proses pengendapan seperti di atas.
Adapun metode kolam ganggang adalah metode
yang paling efisien tapi memakan waktu lebih lama. Caranya, limbah cair
ditampung dalam kolam-kolam terbuka berisi ganggang. Ganggang tersebut
menghasilkan oksigen yang kemudian digunakan oleh bakteri aerob untuk mendegradasi
limbah. Di dalam kolam tersebut sekaligus terjadi proses pengendapan.
c.
Tahap Pengolahan Tersier
Pengolahan tahap ini dilangsungkan jika
proses sebelumnya tidak bisa mensterilkan limbah cair dari kandungan senyawa
berbahaya. Pengolahannya bersifat khusus, menyesuaikan dengan sisa senyawa
dalam limbah.
Biasanya, zat yang lolos dari tahap
sekunder adalah nitrat dan fosfat. Tahap pengolahan lanjutan ini meliputi
proses kimia dan fisika. Sayang, tahap ini jarang sekali dilakukan karena
memerlukan biaya operasional cukup tinggi.
Penanggulangan terhadap Terjadinya Pencemaran Air dan Pengolahan Limbah
Penanggulangan terjadinya pencemaran air
Untuk
mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam memenuhi
kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara lain
tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah industri
secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam
selokan. Tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa
pupuk dan pestisida akan mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak
menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi
tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
air.
Pencemaran air yang telah terjadi secara alami misalnya adanya jumlah
logam-logam berat yang masuk dan menumpuk dalam tubuh manusia, logam berat ini
dapat meracuni organ tubuh melalui pencernaan karena tubuh memakan
tumbuh-tumbuhan yang mengandung logam berat meskipun diperlukan dalam jumlah
kecil. Penumpukan logam-logam berat ini terjadi dalam tumbuh-tumbuhan
karena terkontaminasi oleh limbah industri. Untuk menanggulangi agar tidak
terjadi penumpukan logam-logam berat, maka limbah industri hendaknya dilakukan
pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan.
Proses pencegahan terjadinya pencemaran lebih
baik daripada proses penanggulangan terhadap pencemaran yang telah terjadi.
Pengolahan limbah
Limbah industri sebelum dibuang ke tempat pembuangan, dialirkan ke
sungai atau selokan hendaknya dikumpulkan di suatu tempat yang disediakan,
kemudian diolah, agar bila terpaksa harus dibuang ke sungai tidak menyebabkan
terjadinya pencemaran air. Bahkan kalau dapat setelah diolah tidak dibuang ke
sungai melainkan dapat digunakan lagi untuk keperluan industri sendiri.
Sampah padat dari rumah tangga berupa plastik atau serat sintetis yang
tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme dipisahkan, kemudian diolah menjadi
bahan lain yang berguna, misalnya dapat diolah menjadi keset. Sampah organik
yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme dikubur dalam lubang tanah, kemudian
kalau sudah membusuk dapat digunakan sebagai pupuk.
Cara
Penanggulangan Limbah dengan Proses Bioremediasi
Limbah adalah masalah yang tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan dunia
industri, penanggulangan terhadap limbah pun mengalami perkembangan, salah
satunya adalah cara penanggulangan limbah
dengan proses bioremediasi.
Seperti dikenal secara luas bahwa limbah dalam proses industri bisa dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Limbah Ekonomis
Seperti dikenal secara luas bahwa limbah dalam proses industri bisa dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Limbah Ekonomis
Limbah ekonomis
adalah limbah yang bisa menghasilkan nilai ekonomis apabila diproses lebih
lanjut. Proses pengolahan limbah menghasilkan barang ekonomis baru yang bisa
menghasilkan uang. Misalnya pengolahan tetes tebu menjadi penyedap rasa,
pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos, dan sebagainya.
b. Limbah Nonekonomis
b. Limbah Nonekonomis
Ini adalah limbah yang
tidak menghasilkan produk baru bernilai ekonomis, dan pengolahannya
ditujukan untuk mempermudah pembuangan.
Limbah tersebut bisa dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu sebagai berikut.
Limbah tersebut bisa dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu sebagai berikut.
- Limbah padat, adalah limbah yang berbentuk padatan seperti lumpur, bubur, dan sebagainya. Contohnya: onggok limbah pabrik tapioka, bagase limbah pabrik gula, limbah dari pengalengan jamur, dan sebagainya. Sebagian limbah itu bisa didegradasi dan sebagian lagi tidak.
- Limbah cair, adalah limbah berwujud air, misalnya limbah pabrik tahu dan tempe berupa air dengan kandungan protein yang merangsang proses bakterial.
- Limbah gas, adalah limbah berbentuk asap atau gas. Misalnya limbah dari pabrik semen.
proses pengolahan limbah
Selama ini, sistem pengolahan limbah mengenal dua
proses, yaitu proses aerobik, dan anaerobik.
a. Proses Aerobik
Proses ini adalah pengolahan limbah dengan cara penguraian senyawa organik limbah secara sempurna, dalam periode yang singkat. Prosesnya melibatkan sejumlah bakteri dan dipengaruhi oleh sumber nutrient dan kadar oksigen.
b. Proses Anaerobik
Adalah proses pengolahan untuk limbah industri yang lambat sekali diolah secara aerobik, dan harus menyertakan aktivitas mikroorganisme pada kondisi non-oksigen.
a. Proses Aerobik
Proses ini adalah pengolahan limbah dengan cara penguraian senyawa organik limbah secara sempurna, dalam periode yang singkat. Prosesnya melibatkan sejumlah bakteri dan dipengaruhi oleh sumber nutrient dan kadar oksigen.
b. Proses Anaerobik
Adalah proses pengolahan untuk limbah industri yang lambat sekali diolah secara aerobik, dan harus menyertakan aktivitas mikroorganisme pada kondisi non-oksigen.
Biasanya, proses
anaerobik melewati tahapan fermentasi asam, regresi dan fermentasi basa. Dalam
proses ini, hampir semua polutan organik seperti polisakarida, protein dan lemak,
terkonversi ke dalam bentuk gas metan dengan kalor tinggi.
Bioremediasi, Sebuah Inovasi
pada proses pengolahan aerobik dan anaerobik, masing-masing terdapat kelemahan. Proses aerobik tidak memungkinkan mengolah limbah dengan tingkat kesulitan tinggi, sedangkan proses anaerobik membutuhkan biaya operasional yang cukup besar.
Upaya mengatasi kekurangan tersebut mendorong inovasi dan menemukan teknologi yang memungkinkan penanganan limbah yang biaya operasionalnya lebih murah, sekaligus aman bagi lingkungan. Teknologi inovatif tersebut dinamakan bioremediasi.
Bioremediasi menggunakan mikroorganimse seperti jamur dan bakteri dalam penanggulangan pencemaran tanah. Proses utamanya bertujuan mendegradasi zat polutan beracun.
Tahapan proses bioremediasi adalah:
Bioremediasi, Sebuah Inovasi
pada proses pengolahan aerobik dan anaerobik, masing-masing terdapat kelemahan. Proses aerobik tidak memungkinkan mengolah limbah dengan tingkat kesulitan tinggi, sedangkan proses anaerobik membutuhkan biaya operasional yang cukup besar.
Upaya mengatasi kekurangan tersebut mendorong inovasi dan menemukan teknologi yang memungkinkan penanganan limbah yang biaya operasionalnya lebih murah, sekaligus aman bagi lingkungan. Teknologi inovatif tersebut dinamakan bioremediasi.
Bioremediasi menggunakan mikroorganimse seperti jamur dan bakteri dalam penanggulangan pencemaran tanah. Proses utamanya bertujuan mendegradasi zat polutan beracun.
Tahapan proses bioremediasi adalah:
- Penambahan nutrient, mengatur kondisi redoks dan mengoptimalkan kadar pH tanah untuk menstimulasi mikroorganisme di lokasi tercemar.
- Menanamkan mikroorganisme dengan kemampuan biotranformasi khusus di lokasi tercemar.
- Penggunaan tanaman yang memiliki fungsi mengubah pencemaran.
Temperatur dan keasaman tanah sangat berpengaruh terhadap proses
bioremediasi ini, di samping harus juga diperhatikan mengenai kelembaban,
struktur geologi lapisan tanah, nutrient, dan oksigen.
Jenis-Jenis Bioremediasi
Ada beberapa jenis bioremediasi yang dikenal, antara lain:
a. Biostimulasi
Ada beberapa jenis bioremediasi yang dikenal, antara lain:
a. Biostimulasi
Adalah dengan cara
menambahkan nutrien dan oksigen ke dalam air atau tanah yang tercemar. Proses
tersebut akan mengaktifkan bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut, dan meningkatkan
pertumbuhannya.
b. Bioaugmentasi
b. Bioaugmentasi
Adalah proses
menambahkan mikroorganisme untuk membersihkan kontaminasi pada suatu tempat.
c. Bioremediasi Intrinsik
c. Bioremediasi Intrinsik
Adalah proses
bioremediasi yang berlangsung secara alami.
Saat ini, bioremediasi masih memerlukan pengembangan dan inovasi-inovasi baru. Belum semua proses bakterial dipahami oleh ilmuwan. Karena itu, penelitian lebih lanjut diharapkan melahirkan temuan-temuan baru yang lebih akurat mengenai pengelolaan limbah yang aman dan efektif.
Saat ini, bioremediasi masih memerlukan pengembangan dan inovasi-inovasi baru. Belum semua proses bakterial dipahami oleh ilmuwan. Karena itu, penelitian lebih lanjut diharapkan melahirkan temuan-temuan baru yang lebih akurat mengenai pengelolaan limbah yang aman dan efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar