KOTA
KUNO MOHENJO DARO
Mohenjo-daro adalah salah
satu situs dari situs peninggalan permukiman terbesar dari Kebudayaan Lembah
Sungai Indus, terletak di propinsi Sind, Pakistan. Diperkirakan dibangun
sekitar tahun 2600 Sebelum Masehi, kota yang termasuk salah satu permukiman
kota pertama di dunia, bersamaan dengan peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan
Yunani Kuno. Arti dari kota Mohenjo-daro adalah “Bukit orang mati”. Seringakali
kota tua ini disebut dengan “Metropolis Kuno di Lembah Indus.
Beberapa benda peninggalan penuh
sejarah dan teka-teki ditemukan di situs tersebut, seperti huruf, bangunan,
perhiasan, alat rumah tangga, permainan anak-anak yang sudah dihiasi seni
gambar dan seni ukir yang indah. Para penduduk telah mengenal berbagai jenis
binatang seperti gajah, unta, kerbau, anjing. Berdasarkan benda-benda yang
ditemukan disana dapat disimpulkan jika peradaban Lembah Sungai Indus di
Mohenjodaro sudah sangat tinggi dan modern.
Artefak
Patung "gadis menari" yang ditemukan di
Mohenjo-daro adalah sebuah artefak yang berusia sekitar 4500 tahun. Patung
perunggu dengan panjang 10.8 cm ini ditemukan di sebuah rumah di Mohenjo-daro
pada tahun 1926. Patung kecil ini adalah patung favorit arkeolog Inggris Mortimer Wheeler, seperti yang dipetik dari sebuah acara televisi tahun
1973:
"Muka kecilnya gaya Balochi dengan bibir yang cemberut dan paras yang
terlihat tidak sopan. Saya rasa umurnya tak lebih lima belas tahun, tetapi
tidak memakai apa-apa selain gelang di lengan. Seorang gadis yang benar-benar
percaya diri terhadap dirinya dan dunianya. Saya rasa patung ini tidak ada
duanya di dunia ini. "
John Marshall, salah seorang penggali
di Mohenjo-daro, menggambarkan gadis tersebut sebagai kesan jelas seorang gadis
muda, berpostur kurang sopan dengan sebelah tangan mencekak pinggul, sambil
mengikuti rentak musik dengan tangan dan kaki.
Sebuah patung lelaki
duduk dengan tinggi 17.5 cm yang bergelar "Raja Pendeta"
(walaupun tiada bukti pendeta atau raja memerintah kota ini), adalah satu lagi
artefak yang menjadi lambang peradaban lembah Indus. Patung ini ditemukan oleh
para arkeolog di Kota Hilir Mohenjo-daro pada tahun 1927. Patung tersebut
ditemukan di sebuah rumah yang arsitektur batanya berhias dan berceruk dinding,
terlantar di antara dinding dasar bata yang pernah menampung tingkat rumah.
Patung berjanggut ini memakai pita rambut, lilitan lengan, dan mantel berhias
pola trefoil yang aslinya berisi pigmen merah.
Mohenjodaro,
yang ditemukan pada 1922, benar-benar harta karun bagi sejarah Pakistan. Kota ini dibangun sekitar
2600 SM dan merupakan salah satu pemukiman perkotaan awal bahwa umat
manusia memiliki catatan. Pada kenyataannya, itu tidak diragukan lagi bahwa itu
mungkin salah satu kota paling modern. Sistem drainase tertutup, struktur
serupa lumbung dan lainnya yang menampilkan kemampuan arsitektur yang sangat
baik memberikan kesaksian untuk fakta itu. Item lain yang baik melayani tujuan
dekoratif atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga telah ditemukan. Ini
termasuk gelang, segel, peralatan dan patung-patung yang sering diukir lebih
terampil dengan baik tanah liat atau logam seperti perunggu. Sementara reruntuhan kota telah dinyatakan
sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, itu
terancam hilang karena pemerintah telah mengambil tindakan kecil untuk mencegah
kerusakan yang dapat disebabkan oleh hujan deras. Selain itu, garam dari tanah
adalah bahaya lain ke reruntuhan karena
mempercepat proses korosi. Hal ini agak disayangkan karena kota menanggung
sisa-sisa salah satu kota paling maju dari waktu dan akan berfungsi untuk
menjadi peti harta karun untuk kebanyakan sejarawan yang berusaha memahami dan
mempelajari peradaban sebelumnya. Namun, pemerintah telah berhasil dalam
membangun sebuah bandara dekat reruntuhan untuk melayani para pengunjung yang
memilih untuk datang dan telah juga keluar gambar dari kota di catatan rupee.
Namun mengingat keadaan ekonomi umum negara, pemerintah Pakistan tidak mampu untuk
menghabiskan terlalu banyak dana terhadap kota kuno dan
karena sebagian besar keuangan telah disediakan oleh sumber eksternal yang
ingin melestarikan pengetahuan yang berisi reruntuhan ini. Meskipun posisi
genting dari reruntuhan, sehubungan dengan pelestarian, kota masih berfungsi
untuk menjadi daya tarik bagi para sejarawan, mahasiswa serta jumlah wisatawan.
Untuk melayani wisatawan dan mahasiswa, sebuah toko suvenir yang menawarkan
berbagai macam barang, terletak di dalam kota sehingga pengunjung dapat
mengambil sesuatu kembali dengan mereka sebagai pengingat rahasia terkubur
dalam reruntuhan. Bahkan, toko ini juga menawarkan fasilitas kurir melalui mana
Pakistan hadiah dapat dikirim ke kerabat dan teman-teman sehingga mereka juga,
bisa mendapatkan sekilas tentang apa yang situs bersejarah yang ditawarkan.
Status UNESCO
Pemeliharaan
Mohenjo-daro ditunda pada Desember 1996 setelah berhentinya pendanaan dari
pemerintah dan organisasi internasional. Pada April 1997, Organisasi
Pendidikan, Sains dan Kebudayaan PBB (UNESCO) membiayai proyek $10 juta untuk
perlindungan situs dan struktur-struktur yang masih bertahan dari banjir selama
20 tahun.
Harappa dan Mohenjo-daro memiliki arsitektur yang
mirip, dan tidak berbenteng kuat seperti situs-situs lain di Lembah Indus.
Jelas sekali dari tata ruang di semua situs-situs Indus, bahwa ada suatu pusat
politik atau administrasi, hanya saja tidak jelas lagi sejauh mana jangkauan
dan fungsi pusat administrasi tersebut.
Mohenjo-daro
telah dimusnahkan dan dibangun kembali setidaknya tujuh kali. Setiap kali, kota
baru dibangun terus di atas kota lama. Banjir dari Sungai Indus diduga menjadi penyebab utama
kerusakan.
Kota
ini terbagi atas dua bagian, yaitu benteng kota dan kota hilir. Kebanyakan wilayah kota hilir masih
belum ditemukan. Di benteng kota terdapat sebuah permandian umum, struktur
perumahan besar yang dirancang untuk menempatkan 5.000 warga, dan dua buah
dewan perhimpunan besar.
kedua kota kuno tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu
kota pemerintahan dan kota administratif.
Kota pemerintahan adalah wilayah istana kerajaan yang dikelilingi oleh pagar tembok yang tinggi besar dan menara gedung. Pondasi bangunan yang luas membuat jarak terhadap penduduk, pagar tembok yang tinggi besar disekelilingnya dan menara gedung mencerminkan kewibawaan Raja. Sementara kota administratif adalah kota daerah permukiman, tempat tinggal yang padat dengan jalan raya yang silang menyilang, kedua sisi jalan banyak sekali toko serta pembuatan barang-barang tembikar.
Kedua kota kuno ini diketahui telah mengenal sistem saluran air bawah tanah yang sempurna. Puing-puing menunjukkan bahwa kota Mohenjodaro dan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai rancang bangun di ruang lingkup tertentu, menggunakan bahan yang sama dan segalanya sangat teratur. Hal ini menunjukkan bahwa pada 3000 SM, orang-orang membangun kota dengan skala yang sedemikian rumit seperti itu memperlihatkan tingginya peradaban mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar