Senin, 21 Mei 2012

KOTA KUNO MOHENJO DARO


KOTA KUNO MOHENJO DARO
Mohenjo-daro adalah salah satu situs dari situs peninggalan permukiman terbesar dari Kebudayaan Lembah Sungai Indus, terletak di propinsi Sind, Pakistan. Diperkirakan dibangun sekitar tahun 2600 Sebelum Masehi, kota yang termasuk salah satu permukiman kota pertama di dunia, bersamaan dengan peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia dan Yunani Kuno. Arti dari kota Mohenjo-daro adalah “Bukit orang mati”. Seringakali kota tua ini disebut dengan “Metropolis Kuno di Lembah Indus.
 
Beberapa benda peninggalan penuh sejarah dan teka-teki ditemukan di situs tersebut, seperti huruf, bangunan, perhiasan, alat rumah tangga, permainan anak-anak yang sudah dihiasi seni gambar dan seni ukir yang indah. Para penduduk telah mengenal berbagai jenis binatang seperti gajah, unta, kerbau, anjing. Berdasarkan benda-benda yang ditemukan disana dapat disimpulkan jika peradaban Lembah Sungai Indus di Mohenjodaro sudah sangat tinggi dan modern.
Artefak
Patung "gadis menari" yang ditemukan di Mohenjo-daro adalah sebuah artefak yang berusia sekitar 4500 tahun. Patung perunggu dengan panjang 10.8 cm ini ditemukan di sebuah rumah di Mohenjo-daro pada tahun 1926. Patung kecil ini adalah patung favorit arkeolog Inggris Mortimer Wheeler, seperti yang dipetik dari sebuah acara televisi tahun 1973:

 
 
"Muka kecilnya gaya Balochi dengan bibir yang cemberut dan paras yang terlihat tidak sopan. Saya rasa umurnya tak lebih lima belas tahun, tetapi tidak memakai apa-apa selain gelang di lengan. Seorang gadis yang benar-benar percaya diri terhadap dirinya dan dunianya. Saya rasa patung ini tidak ada duanya di dunia ini. "
John Marshall, salah seorang penggali di Mohenjo-daro, menggambarkan gadis tersebut sebagai kesan jelas seorang gadis muda, berpostur kurang sopan dengan sebelah tangan mencekak pinggul, sambil mengikuti rentak musik dengan tangan dan kaki.
 
Sebuah patung lelaki duduk dengan tinggi 17.5 cm yang bergelar "Raja Pendeta" (walaupun tiada bukti pendeta atau raja memerintah kota ini), adalah satu lagi artefak yang menjadi lambang peradaban lembah Indus. Patung ini ditemukan oleh para arkeolog di Kota Hilir Mohenjo-daro pada tahun 1927. Patung tersebut ditemukan di sebuah rumah yang arsitektur batanya berhias dan berceruk dinding, terlantar di antara dinding dasar bata yang pernah menampung tingkat rumah. Patung berjanggut ini memakai pita rambut, lilitan lengan, dan mantel berhias pola trefoil yang aslinya berisi pigmen merah.
Mohenjodaro, yang ditemukan pada 1922, benar-benar harta karun bagi sejarah Pakistan. Kota ini dibangun sekitar 2600 SM dan merupakan salah satu pemukiman perkotaan awal bahwa umat manusia memiliki catatan. Pada kenyataannya, itu tidak diragukan lagi bahwa itu mungkin salah satu kota paling modern. Sistem drainase tertutup, struktur serupa lumbung dan lainnya yang menampilkan kemampuan arsitektur yang sangat baik memberikan kesaksian untuk fakta itu. Item lain yang baik melayani tujuan dekoratif atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga telah ditemukan. Ini termasuk gelang, segel, peralatan dan patung-patung yang sering diukir lebih terampil dengan baik tanah liat atau logam seperti perunggu. Sementara reruntuhan kota telah dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, itu terancam hilang karena pemerintah telah mengambil tindakan kecil untuk mencegah kerusakan yang dapat disebabkan oleh hujan deras. Selain itu, garam dari tanah adalah bahaya lain ke reruntuhan karena mempercepat proses korosi. Hal ini agak disayangkan karena kota menanggung sisa-sisa salah satu kota paling maju dari waktu dan akan berfungsi untuk menjadi peti harta karun untuk kebanyakan sejarawan yang berusaha memahami dan mempelajari peradaban sebelumnya. Namun, pemerintah telah berhasil dalam membangun sebuah bandara dekat reruntuhan untuk melayani para pengunjung yang memilih untuk datang dan telah juga keluar gambar dari kota di catatan rupee. Namun mengingat keadaan ekonomi umum negara, pemerintah Pakistan tidak mampu untuk menghabiskan terlalu banyak dana terhadap kota kuno dan karena sebagian besar keuangan telah disediakan oleh sumber eksternal yang ingin melestarikan pengetahuan yang berisi reruntuhan ini. Meskipun posisi genting dari reruntuhan, sehubungan dengan pelestarian, kota masih berfungsi untuk menjadi daya tarik bagi para sejarawan, mahasiswa serta jumlah wisatawan. Untuk melayani wisatawan dan mahasiswa, sebuah toko suvenir yang menawarkan berbagai macam barang, terletak di dalam kota sehingga pengunjung dapat mengambil sesuatu kembali dengan mereka sebagai pengingat rahasia terkubur dalam reruntuhan. Bahkan, toko ini juga menawarkan fasilitas kurir melalui mana Pakistan hadiah dapat dikirim ke kerabat dan teman-teman sehingga mereka juga, bisa mendapatkan sekilas tentang apa yang situs bersejarah yang ditawarkan.
Status UNESCO
Pemeliharaan Mohenjo-daro ditunda pada Desember 1996 setelah berhentinya pendanaan dari pemerintah dan organisasi internasional. Pada April 1997, Organisasi Pendidikan, Sains dan Kebudayaan PBB (UNESCO) membiayai proyek $10 juta untuk perlindungan situs dan struktur-struktur yang masih bertahan dari banjir selama 20 tahun.
Harappa dan Mohenjo-daro memiliki arsitektur yang mirip, dan tidak berbenteng kuat seperti situs-situs lain di Lembah Indus. Jelas sekali dari tata ruang di semua situs-situs Indus, bahwa ada suatu pusat politik atau administrasi, hanya saja tidak jelas lagi sejauh mana jangkauan dan fungsi pusat administrasi tersebut.
Mohenjo-daro telah dimusnahkan dan dibangun kembali setidaknya tujuh kali. Setiap kali, kota baru dibangun terus di atas kota lama. Banjir dari Sungai Indus diduga menjadi penyebab utama kerusakan.
Kota ini terbagi atas dua bagian, yaitu benteng kota dan kota hilir. Kebanyakan wilayah kota hilir masih belum ditemukan. Di benteng kota terdapat sebuah permandian umum, struktur perumahan besar yang dirancang untuk menempatkan 5.000 warga, dan dua buah dewan perhimpunan besar.
kedua kota kuno tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu kota pemerintahan dan kota administratif.

Kota pemerintahan adalah wilayah istana kerajaan yang dikelilingi oleh pagar tembok yang tinggi besar dan menara gedung. Pondasi bangunan yang luas membuat jarak terhadap penduduk, pagar tembok yang tinggi besar disekelilingnya dan menara gedung mencerminkan kewibawaan Raja. Sementara kota administratif adalah kota daerah permukiman, tempat tinggal yang padat dengan jalan raya yang silang menyilang, kedua sisi jalan banyak sekali toko serta pembuatan barang-barang tembikar.

Kedua kota kuno ini diketahui telah mengenal sistem saluran air bawah tanah yang sempurna. Puing-puing menunjukkan bahwa kota Mohenjodaro dan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai rancang bangun di ruang lingkup tertentu, menggunakan bahan yang sama dan segalanya sangat teratur. Hal ini menunjukkan bahwa pada 3000 SM, orang-orang membangun kota dengan skala yang sedemikian rumit seperti itu memperlihatkan tingginya peradaban mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar